Akibat kemerosotan ekonomi, kegiatan konsumsi rumah tangga tercatat di titik terendah dalam sejarah, dan rasio peningkatan konsumsi juga berada di titik yang sama.
Jumlah pengeluaran rata-rata bagi tiap rumah tangga pada triwulan kedua mencapai 3.281.000 won dan jumlah itu sama dengan periode yang sama tahun lalu. Penurunan pengeluaran rumah tangga merupakan yang pertama kali sejak tahun 2003 ketika pengumpulan data terkait dilaksanakan.
Pendapatan rumah tangga juga tidak berubah. Jumlah pendapatan rata-rata setiap bulan pada triwulan kedua mencapai 4.306.000 won, atau meningkat 0,8%, namun mengingat rasio kenaikan harga konsumsi, angka itu sama dengan angka di tahun lalu.
Diantara pengeluaran rumah tangga, pengeluaran untuk pembelian bahan makanan, produk kebutuhan di rumah, biaya perumahan menurun 5%. Pengeluaran untuk pendidikan juga menurun sebesar 0,7%. Namun, biaya layanan medis, transportasi, dll meningkat, dan khususnya pengeluaran untuk rokok meningkat lebih 10%.
Kecenderungan konsumsi rata-rata yang merupakan volume pengeluaran di dalam pendapatan mencapai titik terendah dalam sejarah, yaitu 70,9%. Jika pendapatan sebuah rumah tangga 1 juta won, maka mereka mengeluarkan 709.000 won.
Sementara itu, surplus di rumah tangga pada triwulan kedua mencapai 1.025.000 won, atau meningkat 3,6% dibandingkan dengan tahun lalu. Namun, warga masyarakat yang tidak bersedia mengonsumsi akibat masa depan yang tidak stabil, membuat ‘surplus dalam kemerosotan ekonomi’ tetap berlanjut di rumah tangga.