Pada tanggal 15 Januari waktu setempat, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dan Wakil Perdana Menteri China, Liu He memberi tanda tangan pada kesepakatan perdagangan antara AS dan China di Gedung Putih. Kesepakatan kali ini bermakna penting karena AS dan China yang berperang sengit di bidang perdagangan berhasil mencapai kesepakatan pertama, sehingga mencegah perkembangan peperangan lebih lanjut.
Perang perdagangan antara kedua negara dimulai setelah AS mengenakan bea masuk terhadap produk impor China ada bulan Juli 2018 lalu. Akibatnya, dua negara mengalami kerugian yang cukup besar seperti penurunan PDB. Sejalan dengan bergoyangnya ekonomi China dan AS, ketidakpastian terhadap ekonomi dunia turut meningkat, dan indeks bursa saham di seluruh dunia juga berubah secara drastis setiap saat kedua negara saling mengenakan bea masuk yang tinggi. Suasana proteksionisme juga semakin tersebar di seluruh dunia. Namun, seiring dengan penandatanganan kesepakatan perdagangan ini, indeks bursa saham di dunia menunjukkan sinyal yang positif.
Berdasarkan kesepakatan perdagangan tahap pertama kali ini, China akan membeli produk dan jasa AS senilai 200 miliar dolar Amerika selama dua tahun ke depan. Sementara itu, AS memutuskan untuk menarik pengenaan bea masuk tambahan, dan menurunkan bea masuk terhadap sejumlah produk China. Bea masuk lainnya akan diturunkan setelah kesepakatan perdagangan tahap kedua tercapai. AS tetap menekan China dengan mengancam akan menaikkan bea masuk kapan saja jika mereka tidak menepati janji.
Kesepakatan perdagangan antara AS dan China sangatlah positif bagi karena kondisi ekspor diperkirakan akan membaik. Namun, China akan membeli produk dan jasa AS senilai 200 miliar dolar Amerika selama dua tahun ke depan antara lain hasil pertanian, produk buatan pabrik, jasa, dan energi. Sesuai isi kesepakatan tersebut, produk Korea Selatan yang memiliki ketergantungan tinggi dalam hal ekspor ke China bisa mengalami kerugian. Masih ada variabel lain yang tersisa karena negosiasi perdagangan tahap kedua tampaknya akan sulit berjalan dengan lancar akibat isu-isu yang terasa sensitif. Oleh karena itu, Korea Selatan tidak boleh melepaskan ketegangannya dalam situasi saat ini.