Masa depan perjanjian perdagangan bebas FTA antara Korea Selatan dan AS, terlihat tidak pasti. Pada tgl. 22 Agustus lalu, kedua negara duduk di meja perundingan untuk membicarakan kemungkinan amandemen atau revisi perjanjian perdagangan bebas. Tapi pertemuan berakhir tanpa ada kesepakatan apapun. AS ingin memulai kembali negosiasi untuk merevisi perjanjian, sementara Korea Selatan mempercayai keputusan apapun harus dibuat melalui konsensus.
Pertemuan Komisi Gabungan FTA Korsel-AS merupakan sesi khusus yang digelar atas usulan Perwakilan Perdagangan AS untuk mendiskusikan ketidakseimbangan perdagangan. Muncul ketegangan bahkan sebelum pertemuan dimulai karena kedua pihak harus menyetujui untuk merevisi perjanjian perdagangan bebas. Setelah pertemuan maraton yang berlangsung 8 jam, keduanya gagal untuk mencapai kesepakatan dan hanya memastikan perbedaan mereka. AS menuduh FTA Korsel-AS merupakan alasan dibalik defisit perdagangan negara mereka dengan Korea Selatan, sehingga meminta perlu direvisi. Namun Seoul menegaskan bahwa defisit perdagangan AS dengan Korea Selatan tidak dikarenakan FTA, dan menyarankan pengkajian bersama untuk menemukan penyebabnya. Seoul juga jelas mengatakan secara berulang kali bahwa putusan apapun terkait FTA adalah kesepakatan yang harus dibuat oleh kedua pihak.
The Wall Street Journal juga melansir pemerintahan Trump tengah menuntut revisi atau penghentian perjanjian, tapi perubahan yang signifikan akat sulit dicapai karena pendapat yang berbeda di setiap industri. Maka dari itu muncul prediksi bahwa perbedaan pendapat hanya akan mendorong beberapa pasal perjanjian perdagangan bebas kedua negara yang akan direvisi. Dengan demikian, Korea Selatan harus menemukan jalan agar AS hanya meminta sedikit revisi kesepakatan, sehingga akan menghasilkan situasi saling menguntungkan.