Jakarta Indonesia terpilih sebagai guest country pada pameran Coffee Expo Seoul yang akan berlangsung pada 6-9 April 2017 di Convention and Exhibition Center (COEX) Seoul, Korea Selatan.

Predikat prestisius ini bakal menempatkan kopi Indonesia sebagai produk kopi terbaik dunia, mendapat tempat terhormat dan strategis, serta layak mendapat peliputan utama media-media di Negeri Gingseng tersebut.

Sekretaris Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Ari Satria mengatakan tidak mudah mendapatkan predikat guest country di pameran ini. Negara penghasil kopi harus bisa menunjukkan kualitas terbaik kopi produksinya.

“Saya berharap produk kopi ini mampu memperbaiki neraca perdagangan RI-Korsel yang masih defisit. Sebab, potensi ekspor kopi ke Korsel sangat besar,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (2/1/2017).

Setelah dinobatkan sebagai guest country, lanjut Ari, pihaknya akan mendorong para eksportir kopi berlomba memanfaatkan peluang besar ini.

“Terpilihnya Indonesia sebagai guest country harus dimanfaatkan maksimal, terutama dalam hal promosi beragam varian produk kopi Indonesia.  Kopi Indonesia sangat potensial diterima di pasar Korsel, karena minum kopi sudah  menjadi gaya hidup masyarakat Korsel,” kata dia.

Sebagai produsen kopi ke-4 di dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia, Indonesia harus terus melakukan promosi ke penjuru dunia.

“Walaupun kopi Indonesia mempunyai harga yang relatif lebih tinggi dibandingkan harga kopi Brasil dan Vietnam, kopi Indonesia tetap lebih unggul karena dikenal memiliki cita rasa dan keunikan khas yang tidak dimiliki kopi Brasil dan Vietnam,” lanjut dia.

Sementara itu Kepala ITPC Busan Indra Wijayanto‎ menyatakan, promosi produk unggulan Indonesia di Korsel, khususnya kopi, juga terus dilakukan dengan berbagai inovasi. Salah satunya melalui program mingguan Wednesday Coffee Day. Pada program tersebut, perusahaan atau masyarakat umum diundang untuk datang ke ruang pamer ITPC Busan untuk menikmati kopi dan makanan ringan Indonesia.

“Program ini dirasakan cukup menarik dan membawa hasil. Jumlah kunjungan semakin banyak dan respon terhadap produk yang ditawarkan juga cukup baik,” ungkap dia.

Diharapkan melalui inovasi promosi, defisit neraca perdagangan nonmigas Indonesia terhadap Korsel dapat terus ditekan. Neraca perdagangan nonmigas Indonesia terhadap Korsel pada 2015 mengalami defisit sebesar US$ 838,93 juta. Nilai defisit ini mengalami penurunan sebesar 58,87 persen dari nilai defisit nonmigas Indonesia pada 2014 yang sebesar US$ 2,04 miliar.

Sementara itu, peluang pasar produk kopi di Korea Selatan masih cukup besar. Hal ini terlihat dari nilai impor kopi Korea Selatan dari dunia pada 2015 sebesar US$ 547,05 juta. Sedangkan, nilai ekspor produk kopi Indonesia ke Korsel pada 2015 sebesar US$ 10,81 juta.

Nilai ini mengalami kenaikan sebesar 30,86 persen dari nilai ekspor kopi Indonesia di 2014 yang senilai US$ 7,47 juta. Tren ekspor kopi Indonesia ke Korea Selatan selama 5 tahun terakhir menunjukkan peningkatan sebesar 6,89 persen.

Selain itu, penurunan nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Negeri Gingseng ini juga harus segera diantisipasi dengan lebih mempromosikan produk ekspor nonmigas selain produk-produk primer yang selama ini mendominasi ekspor nonmigas Indonesia ke Korsel.

“Produk kelautan, makanan, dan minuman merupakan produk yang harus lebih aktif didorong promosinya dengan lebih aktif mendekati para importir di Korsel,” tandas dia.(Dny/Nrm)