Tekad Korea Selatan untuk mengurangi kadar emisi sudah bulat, untuk itu perlu alih sumber energi dari fosil ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan. Bio energy menjadi salah satu alternatif sumber energi yang relatif rendah tingkat kadar emisinya dan dapat menjadi energi terbarukan.
Bio energy umumnya digunakan dengan mencampur bahan bakar fosil dengan bahan bakar yang bersumber dari bahan yang ramah lingkungan seperti palm oil maupun hasil olahan turunan atau sisa produksi dari palm oil (PAO). Indonesia sebagai produsen no 1 palm oil didunia sudah pasti memiliki keunggulan dalam hal supply produk ini.
Hari Kamis (23/6) di daerah di Chodong Agro Industrial Complex Miryang, sekitar 60 km dari kota Busan telah diresmikan satu refinery unit milik PerusahaanCS Energy yang mengolah semua jenis minyak nabati menjadi bio bungker untuk dapat dipergunakan untuk energi di power plant dan bahan bakar kapal. Refinery unit ini memiliki kapasitas 120.000 kl per tahun dengan sumber bahan baku dari PAO Indonesia.
Di jelaskan oleh Charlie Lee, managing director, untuk produk perdana, perusahaan ini mengimpor 500 ton PAO dari Surabaya dengan nilai US $ 220.000 untuk diolah menjadi bio bungker. Setelah semua berjalan dengan sempurna diperkirakan kebutuhan akan minyak nabati ini akan meningkat menjadi 10.050 kl per bulan. Ditambahkan pula tahun 2015 kebutuhan untuk bio bungker berkisar 420.000 kl dan diperkirakan tahun ini meningkat menjadi sekitar 600.000 kl
Sebagai pemasok terbesar di Korea Selatan untuk produk PAO, Indonesia memilik share market lebih dari 38,7% dari total nilai impor korea yang nilainya US $ 289 juta dan diyakini akan terus meningkat seiring dengan kebijakan pemerintah Korea untuk mengganti sumber energi fosil menjadi sumber energi yang ramah lingkungan.
Sumber: ITPC Busan