Kementrian Luar Negeri (Kemlu) mengadakan Temu Diskusi Ramadhan yang mengangkat tema Identifikasi dan Pemetaan Pasar Produk Halal pada Senin (06/07). Bertempat di IPB International Convention Centre Bogor, diskusi membahas sertifikasi halal dan status kehalalan produk.

Turut hadir pada pembukaan, Duta Besar Yuri O. Thamrin selaku Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika (Aspasaf) Kemlu RI. Ia mengatakan strategi pelabelan dan sertifikasi halal membuat suatu produk lebih dilirik karena semakin ‘seksi’ di mata dunia. Produk halal juga lebih dari segi kesehatan.

Lebih lanjut lagi, Yuri menyebut bahwa produk halal akan membuat suatu produk lebih kompetitif dan bisa diterima di seluruh dunia. Sekaligus sebagai penghalang produk yang akan masuk ke Indonesia

“Diharapkan pada diskusi ini bisa dijadikan sebagai ajang bagi para pelaku usaha untuk lebih memahami mengenai pasar produk halal di kawasan Asia Pasifik dan Afrika. Perkiraan kenaikan permintaan untuk produk halal tersebut merupakan peluang sekaligus tantang bagi pelaku usaha dalam negeri, khususnya dalam menghadapi pasar ekonomi ASEAN pada akhir tahun 2015, sehingga eskpor perlu ditingkatkan untuk memperoleh devisa bagi Indonesia,” tegas Yuri, seperti dilansir dari halalmui.org (06/07).

Wakil Direktur LPPOM MUI, Ir. Sumunar Jati, hadir sebagai salah satu panelis. Ia menegaskan MUI siap menjawab tantangan tersebut. Saat ini untuk memperoleh Sertifikat Halal MUI sangat mudah dengan adanya dukungan teknologi informasi, tambahnya. Seperti pendaftaran SH secara online, informasi kehalalan produk melalui aplikasi HalalMUI atau sms ke 98555 dan layanan QR Code untuk mengetahui kehalalan restoran.

“Sistem sertifikasi halal MUI selain diperkuat dengan teknologi informasi, juga disertai dengan kelengkapan standar-standar halal yang telah dipublikasikan oleh LPPOM MUI dikenal dengan Halal Assurance System (HAS 23000) dan telah diadopsi di 23 negara dunia,” ucap Sumunar Jati.

Ia juga berpesan agar produsen tidak ragu segera memastikan status kehalalan produknya. Sertifikat dan Label Halal kini menjadi kunci penting dalam perdagangan halal di dalam maupun luar negeri, khususnya negara timur tengah dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

Diskusi ini ikut dihadiri pejabat dari perwakilan RI di kawasan Aspasaf. Antara lain KBRI Muscat, Colombo, Kuwait, Abuja, Manama, Tashkent, Singapura dan KJRI Mumbai. Selain membahas peluang dan potensi di negara tersebut, diskusi juga mempertemukan 200 perusahaan produsen produk halal bidang makanan, minuman, kosmetika dan obat-obatan.

(odi/tan)