Jakarta – Kementerian Perdagangan menyatakan potensi pasar animasi di dalam negeri masih menjanjikan, dimana pasar di Indonesia sangat besar dengan jumlah penduduk mencapai 253 juta jiwa dan 30 persen di antaranya adalah kelas menengah.
“Permintaan produk animasi di dalam negeri sangat besar. Tapi bukan hanya di dalam negeri, permintaan produk animasi di pasar luar negeri bahkan jauh lebih besar dengan nilai keuntungan yang menjanjikan,” kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Nus Nuzulia Ishak pada launching Baros International Animation Frestival (BIAF) 2015, di Jakarta, Senin (22/6).
Nus mengatakan, potensi pasar lokal sangat terbuka dimana dari 253 juta jiwa ada kelas menengah sebanyak 30 persen dan rata-rata pertumbuhan ekonomi dalam 10 tahun terakhir mencapai 6,1 persen.
“Dengan kegiatan seperti BIAF ini, pemerintah optimis ke depannya dunia animasi Indonesia akan tumbuh semakin besar sehingga kebutuhan impor film, video, fotografi, dan animasi semakin berkurang,” ujar Nus.
Nus menambahkan, oleh karena itu kegiatan seperti BIAF perlu terus didorong demi meningkatkan daya saing antara industri dalam negeri dengan internasional agar mampu memajukan perekonomian nasional sekaligus berkontribusi terhadap peningkatan ekspor Indonesia.
Selain itu, lanjut Nus, kekayaan alam dan budaya Indonesia dapat menjadi sumber inspirasi dalam menciptakan karya animasi yang lebih unik dan membedakan dengan produk animasi dari negara lainnya.
“Pertumbuhan jumlah animator yang berkualitas, bertambahnya jumlah studio animasi, dan berkembangnya komunitas-komunitas animasi di Indonesia saat ini menunjukkan sumber daya kreatif animasi di Indonesia sudah mulai berkembang,” kata Nus.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor subsektor film, video, fotografi, dan animasi pada tahun 2010 lalu mencapai Rp 595 miliar dan pada tahun 2013 lalu tercatat mengalami kenaikan menjadi Rp 639 miliar.
BIAF 2015 yang diselenggarakan di Cimahi, Jawa Barat pada 7-10 Oktober 2015 bertujuan untuk menunjukkan potensi dan kualitas karya-karya animasi terbaik termasuk membangun jaringan global bagi industri animasi Indonesia. Tahun lalu, perhelatan serupa mampu menarik 6.000 pengunjung dan diikuti oleh 48 partisipan asal dalam negeri.