Udang memang mengundang perhatian banyak orang. Kandungan gizi dan rasanya yang unik membuat komoditas perikanan budidaya ini tak pernah sepi peminat, dari dalam maupun luar negeri seperti negara-negara di Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang. Volume ekspor udang terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, volume ekspor udang rata-rata naik 8,81% per tahun selama kurun 2010-14. Pada kurun 2013-14, volume ekspornya menanjak 17,69%. “Suplai udang dari China, Vietnam, Thailand, Malaysia, serta Meksiko terganggu karena virus EMS (Early Mortality Syndrome),” kata Ketua Asosiasi Pengusaha Pengelolaan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Thomas Darmawan kepada SWA.
Faktor lainnya, lanjut dia, adalah produksi udang di negara-negara tersebut menurun. Banyak negara juga melarang impor udang segar atau hidup dari China, Vietnam, Thailand, Malaysia, serta Meksiko. Turunnya produksi udang di ASEAN karena EMS serta meningkatnya konsumsi udang di China mengerek naik permintaan terhadap udang dari Indonesia. “Banyak masalah kredit di Vietnam. Dampaknya terhadap kinerja perusahaan dan petambak, kesulitan modal kerja. Jadi, peluang Indonesia di pasar dunia cukup bagus,” ujarnya.
Meski begitu, pengusaha ataupun petambak masih kesulitan mengakses kredit perbankan. Industri jasa keuangan itu cenderung masih menghindari sektor budidaya tambak udang karena dinilai berisiko tinggi. “Sebenarnya, risiko memang tidak bisa dikalkulasi. Suhu air memang masih bisa diatur, penyakit pun bisa dicegah secara dini. Hanya saja, analisanya saja yang masih belum canggih,” ujarnya.
Data terakhir Kementerian Kelautan dan Perikanan, ekspor produk segar dan olahan udang ke Negeri Paman Sam naik dari 68.883 ton menjadi 88.400 ton akibat banyak pengusaha mengalihkan pasarnya dari Thailand ke Indonesia. Beberapa negara seperti Rusia juga diperkirakan akan memperbanyak permintaan produk udang pada tahun ini setelah pelarangan ekspor produk perikanan ke negara itu dicabut tahun lalu.Udang RI memang masih yang paling diminati negara-negara di Eropa, Asia, dan Amerika Serikat. Menteri Perdagangan Rachmat Gobel bahkan mengklaim Indonesia adalah penguasa pangsa pasar udang Amerika Serikat selama Januari-Februari 2015 dengan kue pasar sebesar 23% mengalahkan India, Ekuador, Thailand, dan Malaysia.
Angka sementara ekspor Desember 2014 menyatakan volume ekspor udang mencapai 191.139 ton atau meningkat dari pencapai 2013 sebesar 165.000 ton. Menurut Thomas, penambahan ekspor 20-25% masih mungkin terjadi pada tahun ini mengingat melonjaknya permintaan, khususnya dari Amerika dan Rusia terhadap produk udang Indonesia.
Prospek ekspor perikanan yang diperkirakan turun pada tahun ini akibat kebijakan moratorium izin kapal eks-asing, transhipment dan pembatasan penangkapan kepiting dapat digenjot dari budidaya udang.