Korea Selatan dan Cina resmi menandatangani perjanjian perdagangan bebas bilateral (FTA) pada hari Senin (1/6/2015).
Penandatanganan ini membuka prospek baru dalam hubungan Korsel dan Cina, selain masuk ke pasar terbesar dunia dengan penduduk 1,3 miliar.
Menteri Perdagangan Korea Selatan, Yoon Sang-Jick, dan mitranya dari Cina, Gao Hucheng, menandatangani FTA dan mengadakan jumpa pers di Seoul.
Cina merupakan negara perdagangan terbesar dan negara investasi bagi Korsel.
FTA Korsel dan Cina ini dimulai tahun 2005 dalam bentuk kajian bersama lalu memulai negosiasi sejak Mei 2012. Pada November tahun 2014 negosiasi itu selesai dan kedua negara menyetujui rancangan awal FTA pada Februari 2015.
Perjanjian itu akan berlaku 60 hari setelah kedua negara saling menyampaikan hasil proses penyelesaian di dalam negeri masing-masing melalui surat.
Barang ekspor Korsel bebas cukai setelah pemberlakuan FTA akan mencapai 958 jenis atau 11,7%. Jika ditambah barang bebas cukai yang sudah dikenakan sebelum FTA, jumlah jenis produknya menjadi 1.649 atau 20,1%.
Jenis barang bebas cukai ini akan bertambah setiap tahunnya, sehingga akan menjadi 11.272 atau 90% pada 20 tahun kemudian.
Dengan pemberlakuan FTA ini, pemerintah Seoul mengharapkan pertumbuhan produk domestik bruto nasional (PDB) 0,96 persen dalam sepuluh tahun ke depan, bersama tumbuhnya 53.805 lapangan kerja baru.
Selain itu, diperkirakan efek FTA menjadi lebih besar karena dibukanya pasar jasa, penghilangan hambatan perdagangan, dan pengaktifan penarikan investasi.
Korsel kini melakukan perdagangan bebas dengan 3 negara ekonomi terbesar dunia, yaitu AS, Uni Eropa, dan Cina. Dan, jumlah negara yang menandatangani FTA dengan Korsel mencapai 52 negara, membuat rasio wilayah ekonominya mencakup 73% dunia.
FTA Korsel dan Cina diharapkan menjadi jalan keluar bagi perekonomian Korsel yang tengah mengalami kemerosotan konsumsi domestik dan lemahnya ekspor.
Namun, ada yang mengatakan FTA ini tidak cukup layak jika terlalu banyak bergantung pada Cina.