Posisi pertumbuhann Ekonomi Korea Selatan hanya 0.8% pada triwulan pertama tahun 2015. Angka ini menunjukkan rasio pertumbuhan negaranya yang berada di bawah 1% selama 4 bulan berturut-turut. Utamanya, berlanjutnya perlambanan sektor ekspor Korea selatan, yang merupakan penopang ekonomi negara, meningkatkan kekhawatiran bahwa pertumbuhan yang rendah ini dipredksi akan berlanjut untuk beberapa waktu ke depan.

Jika melihat laporan PDB aktual kuartal pertama yang dirilis Bank Sentral Korea pada tgl. 23 April, rasio pertumbuhan ekspor Korea selatan berada di 0%. Apa lagi, kontribusi ekspor pada pertumbuhan ekonomi Korea selatan juga turun ke 0% dari 0,2% pada triulan keempat tahun lalu. Kecuali pada periode resesi global di tahun 2008, ekspor nasional tetap menunjukkan pertumbuhan 2 digit hingga tahun 2011, tetapi tampak merosot sejak tahun 2012 akibat lambatnya pemulihan ekonomi global dan kejatuhan harga minyak.

Yang menambah buruk keadaan adalah perang total dari negara maju untuk mendevaluasi mata uang mereka yang juga berdampak negatif pada ekspor Korea Selatan di pasar global. Pada tgl. 23 April, sebelum pasar mata uang asing Seoul dibuka, kurs won-yen turun dibawah 900-won, yang menyentuh titik terendah dalam 7 tahun 2 bulan. Daya saing ekspor Korea selatan kini sedang terancam kebijakan agresif devaluasi mata uang dari Jepang.

Sesuai dengannya, pemerintah Korea Selatan berupaya mengambil kebijakan lain karena kekhawatiran industri ekspor nasional semakin meningkat.

Jika ekspor Korea selatan merosot di tengah belum pulihnya ekonomi domestik, mesin pertumbuhan Korea Selatan bisa turun. Sebelum kondisi pertumbuhan ekspor bertambah buruk, pemerintah semestinya mengambil langkah-langkah fiskal dan moneter yang komprehensif untuk memperbaiki struktur ekonomi negara ini.