Jakarta– Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) harus menjadi kesempatan serta digunakan sebagai ajang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan, kata Kepala Penasihat Lembaga Profesional dan Audit Global KPMG Indonesia Ho Wah Lee.

“ASEAN merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat kedua di Asia setelah Tiongkok. Angka pertumbuhan kawasan ini meningkat 300 persen sejak 2001 dan dalam 10 tahun terakhir telah melampaui rata-rata angka pertumbuhan global,” kata Wah Lee dalam paparannya kepada pers, di Jakarta, Kamis (16/4).

Saat ini, ASEAN memiliki PDB gabungan sebesar US$ 2,4 triliun dan jumlah konsumen sebanyak lebih dari 600 juta jiwa. Berkembangnya kelas menengah ASEAN, daya beli dan hubungan dagang menunjukan semakin pentingnya pasar ASEAN bagi pertumbuhan dan kesehatan ekonomi global.

Walaupun tengah menikmati pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di beberapa tahun terakhir ini, katanya, perekonomian ASEAN masih belum kembali pada tingkat pertumbuhan setinggi sebelum masa krisis keuangan Asia tahun 1997-1998.

Salah satu penyebab utamanya adalah karena tingkat investasi yang lebih rendah. Dengan bermodalkan keanekaragaman ASEAN, terbentuknya perkembangan ekonomi yang adil ditujukan untuk mempersempit kesenjangan antara awal anggota ASEAN dan anggota ASEAN yang bergabung belakangan.

Laporan KPMG mencatat MEA cenderung mengarah kepada empat manfaat utama yaitu mengurai hambatan tarif dan non tarif akan mengurangi biaya barang dan jasa dari daerah sehingga akan meningkatkan daya saing pasar negara anggota ASEAN.

Kedua kerja sama sektoral akan membantu negara-negara kurang mampu di ASEAN untuk belajar dari negara anggota lain yang lebih berkembang.

Ketiga perusahaan-perusahaan yang beroperasi di wilayah ASEAN akan mampu untuk mengoptimalkan efisiensi dengan mengambil keuntungan dari keunggulan kompetitif yang berbeda dari negara-negara anggota ASEAN, seperti ongkos tenaga kerja yang lebih rendah di Myanmar dan Vietnam atau kekuatan riset dan pengembangan di Singapura.

Keempat, integrasi memungkinkan perekonomian ASEAN untuk mengatasi kelemahan yang disebabkan oleh ukuran mereka (tidak ada satu pun perekonomian ASEAN, Indonesia sekalipun, yang dapat bersaing sendiri dengan Tiongkok atau India).

Namun, di luar inisiatif wilayah di tingkat ASEAN, masing-masing negara terus melakukan pembaharuan untuk meningkatkan daya saing.