Limbah hasil pengolahan kayu sengon ternyata sangat diminati di Korea Selatan. Misalnya, hasil limbah yang berupa serbuk gergaji (Sawdust) dan serpihan kayu (wood chips).

Direktur Pengembangan Produk Ekspor Kementerian Perdagangan Ari Satria menjelaskan, hasil limbah ini merupakan peluang ekspor untuk orang Indonesia.

“Kejelian pelaku usaha ini bisa jadi peluang ekspor. Siapa sangka hasil limbah olahan kayu sengon diminati di Korea Selatan,” kata Ari akhir pekan lalu di Sacheon, Korea Selatan.

Dia mengungkapkan sawdust kayu sengon dapat dimanfaatkan sebagai ‘animal bedding’. Sedangkan wood chips kayu sengon dapat digunakan sebagai media untuk budi daya jamur.

Di Korsel sendiri, Inakor Co.,Ltd menjadi importir limbah kayu tersebut. Inakor dimiliki oleh Hartono, seorang pengusaha asal Indonesia yang jeli melihat peluang impor limbah kayu sengon tersebut.

Hartono mengatakan saat ini Inakor telah mengimpor sawdust dari kayu Sengon asal Indonesia ke Korea Selatan sebanyak 48 kontainer atau 10.000 ton per tahun.

Dalam menjalankan usaha impornya, selama ini tidak mendapat masalah dalam mengimpor produk-produk Indonesia.

“Proses impor produk Indonesia sejauh ini berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Aturan perizinan untuk memasukkan hasil limbah kayu terebut ke Indonesia sudah sangat jelas. Selain itu, pembangunan infrastruktur jalan tol membantunya mengekspor produk Indonesia dengan waktu lebih cepat dan biaya lebih murah,” jelasnya.

Selain limbah kayu sengon, Inakor saat ini mengimpor peralatan dapur/peralatan makan dari kayu dengan merek Indonesia “Oesing Craft” dari Banyuwangi.

Oesing Craft terdaftar sebagai produsen produk impor di Korea Selatan sehingga bisa menggunakan merek asalnya. Hal ini merupakan keistimewaan tersendiri karena tidak semua produk Indonesia bisa masuk ke Korea Selatan dengan merek sendiri.

Saat ini jumlah impornya sebanyak satu kontainer per bulan. Selain itu, produk-produk tersebut telah tersertifikasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) karena terbuat dari kayu. Produk-produk tersebut juga juga telah dilengkapi dengan sertifikasi ‘food grade’ dari Ministry of Food and Drugs Safety Korea Selatan.

“Kerajinan tangan dari kayu dan produk-produk dapur/alat makan dari kayu juga memiliki prospek di Korea Selatan. Masyarakat Korea Selatan menggemari produk-produk tersebut,” kata Hartono.