Dalam sepuluh sepuluh tahun terakhir, industri pangan Korea Selatan mengalami perkembangan yang dinamis, terutama dalam variasi jenis panganan yang ditawarkan. Saat ini masyarakat Korea Selatan sudah banyak mengenal buah-buahan impor, seperti manga, kiwi, nanas, blueberry, dsb. Akan tetapi dikarenakan harga pasar untuk buah segar terbilang mahal, konsumen cenderung lebih memilih buah-buahan kaleng yang relative lebih murah serta praktis dalam pengolahan.:namespace prefix = o ns = “urn:schemas-microsoft-com:office:office” />

Tidak hanya itu, semakin populernya bisnis ice cream chain, bakery, serta dessert cafe dengan trend topping buah-buahan tropis membuat permintaan akan buah kaleng juga meningkat (*tercatat pangsa pasar untuk food service meningkat sebesar CAGR 4.8 persen hingga 2015).

Seiring dengan meningkatnya jumlah permintaan akan buah-buahan kaleng, nilai impor Korea Selatan terhadap produk tersebut juga meningkat dalam 4 tahun terakhir. Tercatat nilai impor HS 2008 sebesar USD 264,554 juta di tahun 2012 dan meningkat di tahun 2013 menjadi USD 284,819 juta. Dalam tabel sepuluh ekrportir utama, dapat terlihat bahwa Korea Selatan cenderung memfokuskan diri pada negara-negara ASEAN, seperti Myanmar (USD 50,712 juta), FIlipina (USD 31,108 juta), Thailand (USD 24,398 juta), Vietnam (USD 6,440 juta), dan Indonesia (USD 6,068 juta), meskipun Cina (USD 9,966 juta) menempati urutan pertama.

Melihat peluang ini ITPC Busan ingin mendukung produk Indonesia agar mampu bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya. Untuk itulah ITPC Busan menyajikan gambaran singkat mengenai pangsa pasar produk buah-buahan kaleng (HS 2008) yang tersaji pada Maret Brief edisi November 2014.